Telepon : (0272) 321020 Fax : (0272) 321104
rsupsoeradji_klaten@yahoo.com -

Pentingnya Mendeteksi Perkembangan Janin dan Bayi

dr. Samad, Sp. A – Setiap orang pasti ingin dikarunia keturunan yang sehat jasmani dan rohani. untuk mendapatkannya, tentu tidak “gratis”. berbagai upaya medis maupun non medis harus dimaksimalkan dalam mempersiapkan kelahiran anak dan pemeliharaan perkembangannya. salah satunya adalah mendeteksi perkembangan janin dan bayi secara periodik.

dr. Samad, Sp. A, dokter spesialis anak RSUP dr Soeradji Tirtonegoro Klaten mengungkapkan, upaya kesehatan ibu dan anak dilakukan saat, sebelum, dan sesudah lahir / melahirkan. ini ditujukan untuk menghasilkan keturunan yang sehat dan lahir dengan selamat (intact survival). Kapan memulainya? “Pendeteksian janin dimulai dari saat dalam kandungan,” tambahnya. Awalnya mencari faktor risiko kehamilan yang buruk sehingga Ante Natal Care (ANC) dan Natal Care (NC) pada kehamilan akan lebih baik. ANC dan NC adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman  dan memuaskan. Tujuan antenatal yaitu untuk menjaga agar ibu sehat selama masa kehamilan, persalinan dan nifas serta mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat, memantau kemungkinan adanya risiko-risiko kehamilan, dan merencanakan penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan risiko tinggi serta menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal. Langkah ini dilakukan dokter spesialis anak melalui kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan dan bidan.

dr. Samad, Sp.A, menerangkan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan janin dan bayi. Faktor itu terbagi menjadi faktor dalam (internal), yakni umur ibu dan ayah, genetik (keturunan), dan kelainan kromosom (sindrom down). Sementara faktor luar antara lain status gizi ibu, bahan kimiawi obat-obatan, endokrin (Diabetes Mellitus), dan psikologis ibu. “ada juga faktor persalinan, meliputi penyakit kronis, lingkungan fisik dan kimiawi seperti paparan merkuri, endokrin (hipoteroid).

Perkembangan janin tersebut harus dipantau secara terprogram dan rutin. Periode paling penting dalam masa prenatal adalah trimester pertama kehamilan (minggu 1-12 ). Pada periode ini, pertumbuhan otak janin sangat peka terhadap pengaruh lingkungan janin, seperti kurangnya gizi pada ibu hamil, infeksi, asap, rokok, alkohol, obat-obatan kimiawi, racun, pola asuh, depresi berat, serta faktor psikologis seperti kekerasan pada ibu hamil. “Semua itu bisa menimbulkan pengaruh buruk pada kondisi janin dan kehamilan,” kata dr. Samad, Sp.A.

Tanpa pemeriksaan rutin, kelainan yang kerap didapatkan berupa bayi dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), prematuritas, berupa gangguan kegawatan nafas (hyaline membrane disease), infeksi sistemik (sepsis neonatorum), gangguan pematangan fungsi organ (ikterus). Selain itu, terjadi juga gangguan tumbuh kembang anak seperti gangguan bicara dan bahasa, serebral palsi, sindrom down, gangguan penyesuaian (autisme / hiperaktif), dan retardasi mental.

Menurut dr. Samad, Sp.A, kelainan yang berbahaya berupa prematuritas karena bayi lahir dengan organ-organ yang belum siap untuk adaptasi di luar kandungan dengan cepat untuk mampu hidup mandiri. Gangguan kegawatan nafas (hyaline membrane disease) dan asfiksia berat sebagai faktor resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan di kemudian hari (cerebral palsi). Di RSST sendiri, paling banyak diderita adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah. Bayi BBLR mempunyai cadangan energi-protein yang rendah. BBLR sering berkaitan lahir prematur sehingga cadangan zat besi rendah (anemia prematuritas), sistem kekebalan rendah (mudah infeksi / sepsis), sistem termoregulasi / sistem organ yang belum matang (berbagai masalah berupa ancaman hipotermia, kuning pada bayi baru lahir).

Pemeriksaan rutin tidak hanya penting bagi janin, tetapi juga untuk bayi setelah lahir. Deteksi perkembangan bayi dilakukan sedini mungkin yaitu kegiatan pemeriksaan untuk menemukan penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan prasekolah. Pendeteksian dini berdasarkan berdasar waktu : masa neonatal; proses adaptasi lingkungan dan perubahan sirkulasi darah, masa pasca neonatal (29 hari-11 bulan) : pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan fungsi otak, masa balita, usia 12-59 bulan, dan masa anak prasekolah (usia 60-72 bulan).

Mengapa ukuran waktunya itu? dr. Samad, Sp. A, menerangkan, karena masing-masing organ mempunyai pola perkembangan yang berbeda menurut umur bayi setelah lahir. “Sebagai contoh masa lima tahun pertama merupakan masa sangat peka terhadap lingkungan dan masa tersebut sangat pendek serta tidak dapat diulang lagi (masa keemasan (golden period ! window of opportunity) dan masa kritis (critical period). Patokam dasar yang digunakan adalah tahapan perkembangan motorik, kemampuan berbahasa, sosialisasi (milestones) dimana setiap bayi sehat melalui dalam hitungan waktu,” paparnya.

Pemeriksaan yang tidak rutin pada bayi terutama 2 tahun pertama sejak lahir bisa mengakibatkan lambatnya pertumbuhan badan (gizi kurang), gangguan perkembangan (motorik kasar, motorik halus, berbicara, kemampuan sosialisasi dan kemandirian) dan keterlambatan intervensi berupa stimulasi dini maupun koreksi.

PHP Code Snippets Powered By : XYZScripts.com
Skip to content